Jumat, 19 Agustus 2011

Wajib atas Muslimin mentaati IJMA’ ULIL AMRI, dan haram menentangnya



Allah berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا(59)النساء)
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S.ANNISAA’ ;59)

Allah berfirman :
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا(83)النساء)
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).(Q.S.ANNISAA’83).

Nabi saw, bersabda:
" من أطاعنى فقد أطاع الله ومن عصانى فقد عصى الله , ومن أطاع أميرى فقد أطاعنى ومن عصى أميرى فقد عصانى" رواه الشيخان والنسائ.
“Barangsiapa taat kepadaku sungguh ia telah taat kepada Allah,dan barangsiapa durhaka kepadaku sungguh ia telah durhaka kepada Allah. Dan barangsiapa taat kepada amirku, sungguh ia telah taat kepadaku, dan barangsiapa durhaka kepada amirku sungguh ia telah durhaka kepadaku “.(H. R.Bukhoriy-Muslim dan Nasaaiy).

Yang disebut AMIRI (Amirku) oleh Nabi saw, ialah semua Amir (Pimpinan Pemerintahan yang Muslim).
Dan Nabi saw, bersabda :
" السمع والطاعة على المرء المسلم فيما أحب أو كره مالم يؤمر بمعصية, فإذا أمر بمعصية فلا سمع ولا طاعة ".رواه الخمسة.
“Mendengarkan dan mentaati perintah itu wajib atas seseorang Muslim, dalam hal yang ia suka atau tidak suka, selama tidak diperintahkan dengan maksiat, maka jika diperintahkan dengan maksiat, tidaklah ada hak untuk didengar dan ditaati “.(H.R.ALKHA,SAH).

Rabu, 17 Agustus 2011

Pancasila

Awal dikenal istilah “Pancasila” pada zaman kehidupan masyarakat ummat Nabi Idris asw. Salah seorang putera Nabi Adam yang bernama SYITS, yang disebut dengan nama “‘AADZIIMUN” dia mengajarkan suatu ajaran yang disebut dengan “ AL-MABAADI’ AL-AWWAL ALKHOMSAH”; yang artinya : ”Dasar-dasar pokok Yang Utama adalah Lima”. Yang dimaksud ;dasar pokok utama untuk pedoman hidup manusia adalah Lima: “MABAADI’ ALKHOMSAH”, DASAR POKOK YANG LIMA “ P A N C A S I L A “.
AL-BAARI’ TA’ALA: 
Mengenal - beriman kepada Sang Pencipta Yang Maha Luhur : BERKETUHANAN YANG MAHA ESA;
1. WAL-‘AQL : 
Penggunaan akal sehat, berfikir secara praktis dan pragmatis, BERMUSYAWARAH BERMUFAKAT, untuk memperoleh keserasian bersama dalam membina kesejahteraan kehidupan bersama
1. WANNAFS : 
Mengenal Jiwa, mengenal kehidupan, mengenal JENIS manusia, BERPERSATUAN, bahwa mansia adalah satu jiwa, satu jenis dan satu keluarga;
1. WALMAKAAN : Mengenal tempat, mengenal permukiman manusia di mana mereka berada, BERPERIKEMANUSIAAN; tidak membedakan manusia karena tempatnya atau kedudukannya;
2. WALKHILAA ; Mengenal ladang bebas, tanah kosong, untuk keperluan bersama; BERKEADILAN SOSIAL. BAGI SELURUH MASYARAKAT.

Dan selain Lima Dasar tersebut, adalah sesuatu yang boleh bersusun berjimlah. Hikmah Filsafah ini tidak diambil dari HURMUS (Nabi Idris asw,) namun dari ‘AADZIIMUN (Nabi SYITS bin ADAM asw.).

Senin, 15 Agustus 2011

Hikmah, Dan Fadhilah Asmaa-Allah Al-Muhaimin Bagi Manusia Yang Beriman



Dan akan memperoleh faedah dan bertuah, seseorang Muslim yang memahami dan mau berdzikir dengan Asmaa-Allah “ALMUHAIMIN”. Bahwa sesungguhnya Muslim yang berdzikir menyebut Asmaa-Allah ‘AL-Muhaimin”, hendaklah ia berdo’a dengan wasilah Asmaa tersebut, memohon petolongan Allah dengan Kuasanya ALLAH-ALMUHAIMIN untuk kemaslahatan dirinya, hatinya, hal-ahwalnya, dan untuk segala peristiwa hidupnya. Dan hendaknya manusia insyaf atas Kuasanya ALLAH ALMUHAIMIN, yang Allah mengutus Malaikatnya untuk mengawasi manusia sepenuh hidupnya.

Para Ulamaa menerangkan ;
 من قراءه مائة مرة بعد الغسل والصلاة فى خلوة وجمع خاطر, نال ما يريد وثبت النور فى قلبه.
Man qoro'ahu    mi'ata marrotin ba’dal-ghusli wash-sholaati fi kholwatin wajam’I khothirin naala maa yuriidu watsabatan- nuuru fi qolbihi.

Artinya :” Baranngsiapa berdzikir membaca Asmaa- Allah “AL-Muhaimin” 100 kali, sesudah ia mandi, dan Sholat Sunnah, dan ia menetapkan niat dalam hatinya karena Allah, dan berdo’a memohon kepada Allah, maka ia akan memperoleh dari Allah, apa yang menjadi maksudnya, dan Allah akan memberikan Nuur dalam hatinya.

 ومن تلاه بعدده بعد العشاء كل يوم شاهد ما يقع فى الكون قبل وقوعه , لأنه من أسماء الإحاطة لا يعرف قدره إلا من كشف له عن حقائق الأسماء
Waman Talaahu bi’adadihi  ba;dal-‘isyaa”I kulla yaumin syaahada maa yaqo”u fuil- kauni qobla wuqu’ihi, li-annahu    min Asmaa”il- Ihaathoti laa ya’rifu qodrohu “illaa man kusyifa lahu ‘an haqoiqil- Asmaa”.

Artinya : ” Dan barangsiapa  berdzikir membaca Asmaa’-Allah “AL-Muhaimin” sejumlah nilai hurufnya “………………. kali, sesudah sholat ‘isyaa’ tiap hari, ia akan menyaksikan  apa saja yang akan terjadi di alam nyata ini, sebelum sesuatu itu terjadi.

Karena Asmaa Allah “AL-Muhaimin” itu termasuk Asmaa’ “ AL-IHAATHOH”, Asmaa’ yang memiliki sifat menyeluruh meliputi segala Asmaa’. Seseorang tidak akan mengerti tentang Kuasa Allah atas alam ini, kecuali  bagi orang yang telah mendapatkan Kasyaf dari Allah, dibukakan rahasia Allah   baginya dari hal  hakekatnya Asmaa’-Allah.( ALASMAA’-AL-HUSNAA: hl; 36-37).

TAREKH ATTASYRI’ AL-ISLAMIY

بسم الله الر حمن الرحيم

TAREKH ATTASYRI’  AL-ISLAMIY



A. MUKADDIMAH

Pada dasarnya dalam Fiqh-Islam, terdapat asas pokok sebagai berikut :

1.     ALQUR”AAN ALHAKIM
2.     Apa yang diperoleh dari Nabi saw; dari sabdanya (AQWAALIYAHNYA) dan dari perbuatannya (AF’AALIYAHNYA), yang merupakan keterangan dari AL-QUR”AAN, yang jelas dan terang apa yang menjadi maksudnya, yang disebut “ASSUNNAH”. Dan ada Ulamaa yang menambahkan, bahwa IZIN Nabi saw, adalah termasuk “ASSUNNAH” juga, yang disebut “TAQRIRIYAHNYA’. Jadi, yang disebut “ASSUNNAH” itu ialah: AQWALIYAH NABI SAW, AF’ALIYAHNYA dan TAQRIRIYAHNYA.
3.     Dan sebagai ASAS yang ketiga adalah “ARAA”UL FUQAHAA” yang bersandar kepada ALQUR”AAN dan ASSUNNAH, atau yang disebut “ IJTIHAADUL-ULAMAA; yaitu suatu asas yang berdasarkan perkembangan fikiran para Ulamaa, yang memiliki unsur berbeda, sesuai dengan adanya perbedaan pandangan tentang kemaslahatan Ummat dari Ulamaa, dan sesuai dengan pandangan kemaslahatan yang terjadi di setiap zaman, keadaan dan medan, atau dapat disebut, sesuai dengan kondisi dan situasi, dan sesuai dengan pokok fikiran Ulamaa pada zamannya.

Dari prinsip yang demikian itu, terjadilah “TARIKH ATTASYRI’ AL-ISLAMIY” (Sejarah penulisan Penyusunan Hukum dalam Islam) bermacam-macam fersi,yang berbeda, karena berbedanya sang penulis dan berbedanya Ulamaa-Fiqh yang menjadi rujukan penulis. Dan karena adanya penulisan yang berbeda masanya, maka menjadi berbedalah coraknya. Ada yang ditulis berdasarkan pokok-pokok fikiran Ulamaa-Mujtahidin yang menjadi ikutan penulis. Dan karena adanya beberapa penulis yang juga berbeda rujukan Ulamaanya, maka menjadi berbedalah hasil tulisannya, sesuai dengan ide Ulamaa yang menjadi rujukan penulis. Namun semua itu hanya satu saja dalam hakekat pandangan mereka, semuanya merujuk kepada corak awal, sebagaimana “Tarekh Tasyri’ Al-Islamiy” ditulis. Sama dalam pokok-pokok masalahnya, sama pada asas, maksud dan tujuannya, dan sama pada bab dan fasalnya. Hanya corak bahasa dan penuturannya saja yang berbeda, karena berbedanya luas dan tidaknya Ilmu yang menjadi sandaran sang penulis, dan karena berbedanya zaman tarekh-tasyri’ al-islamiy itu ditulis.
Dan beberapa unsur yang menjadi perbedaan corak “Tarekh Tasyri’ Al-Islamiy” itu dalam tulisan, karena berbedanya “ASAS TASSYRI’” yang digunakan oleh para Ulamaa, yang mengalami perkembangan di tiap zaman, dan karena situasi dan kondisi sosial politik yang berbeda. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi corak penulisan “Tarekh-Tasyri’ AL-Islamiy”.
Dan jika ditelaah secara teliti, corak “Tarekh-Tasyri’-Al-Islamiy” terdapat enam macam corak. Hal ini jika dikaji sejak zaman Rasulillah saw. Sampai dengan zaman Ulamaa Muqallidin. Namun pada hakekatnya hanya satu corak saja, dari yang bermacam-macam fersi itu, semuanya merujuk kepada hasil Ijtihad Ulamaa Mjtahidin pada periode awalnya, dan juga merujuk kepada Fatwa-fatwa mereka saja, ini yang menjadi dasar utama. Perbedaan itu hanya bersifat fariasi saja, yang disesuaikan dengan perkembangan peradaban Ummat Muslimin pada zamannya.

Dan perbedaan corak terasebut sebagai berikut ;
1.      ATTASYRI’ ( Penyusunan  Hukum Dalam Syari’at Islam )pada zaman Nabi saw, inilah yang menjadi “Asas-Utama” bagi tiap Ulamaa Ahlli-Fiqh, dan itulah “Sandaran pokok” dalam penyusunan Tasyri’ selanjutnya.
2.     ATTASYRI’ , dalam zaman Tokoh-tokoh para Sahabat rah. Dan masa ini berakhir sesudah wafatnya para Khalifah Ar-Rasyidin. rah.Atau disebut pada zaman As-Sabiqunal Awwalun minal Muhajirin wal- Anshaar.
3.     ATTASYRI’ , pada zaman para Sahabat-Muda, sampai dengan zaman para Tabiin yang berhubungan langsung dan mengikuti jejak para Sahabat dengan baik. Atau yang disebut pada zaman”At-Taabi’in”. Zaman ini berakhir pada akhir abad petama dari tahun Hijriah. Atau pada perempatan awal abad kedua Hijriah. (  Zaman Imam Abu Hanifah dan Imam Maliki rah).
4.     ATTASYRI’, pada zaman lahirnya Ulamaa-Ulamaa Fiqh (Fuqahaa), yang aktif menyusun ILMU FIQH dalam Islam. Pada zaman ini lahir Ulamaa-Ulamaa Yang masyhur dalam bidang Fiqh, yang menjadi sandaran kaum ilmuwan dan para tokoh masyarakat Muslimin dalam masalah Diniyah. Dan mereka mendirikan Perguruan Islam, dan murid-murid mereka secara  bebas menerangkan pendapat para gurunya, sehingga pada zaman ini, lahirlah banyak pendapat secara bebas dalam Ilmu-Fiqh. Dan zaman ini berakhir pada abad ketiga Hiojriah. ( pada zaman Imam Asy-Syaafi’iy dan Imam Ahmad bin Hanbal ).
5.     ATTASYRI’ , pada zaman  masuknya fikiran-fikiran baru yang melahirkan JIDAL dalam masalah-masalah Fiqhiah Ijtihadiah, untuk mentahqiq (menyimpulkan) masalah-masalah baru yang dihadapi oleh Ummat Muslimin, yang ditemukan oleh para Mujtahid dari pada Imam-Imam Ahli Fiqh. Dan pada zaman ini terjadilah besar-besaran penyusunan pendapat masalah-masalah fiqhiah, dan pada waktu itu banyak sekali masalah-masalah baru yang harus dihadapi oleh Ummat Muslimin, dengan berkembangnya Islam di seluruh penjuru benua. Dan zaman ini berakhir setelah berakhirnya Daulah-Abbasiah dari Baghdad, dan datangnya Serangan TARTAR, MONGOLIA atas kedaulatan Muslimin, dan sesudah itu selang sebentar berakhirlah masa perkembangan Ilmu-Fiqh itu di Mesir.
6.      ATTASYRI’ , pada zaman Ulamaa mutlak bertaqlid secara pasti, sampai dengan abad sekarang.

Susunan sistem periode secara tertib ini terdapat pada Kitab  “TAREKH ATTASYRI’ AL-ISLAMIY” tulisan Al-Syaikh Muhammad Hudhoriy Bek, cetakan ke tujuh tahun  1401 H \ 1981 M. daar Al-Fikr.
ADDAUR AL-AWWAL : lingkaran awal ATTASYRI’ PADA MASA KEHIDUPAN RASULILLAH SAW. ALKITAB-ALQUR”AAN DAN ASSUNNAH adalah mashadir (dasar pokok) pertama dalamn Tasyri’ (penyusunan hukum Syari’at). ALKITAB, yaitu ALQUR”AAN adalah mashdar awal dalam Tasyri’ sebagaimana yangsudah kita kenal sejak pertama. ALQUR”AAN diturunkan atas Nabi Muhammad saw sejak tanggal 17 Ramadhan tahun 41 Miladiah (tahun kelahiran Nabi saw). ALQUR”AAN diterima Nabi saw. Melalui Wahyu yang diturunkan kepadanya, saat Nabi bertahannus / berhalwat / bertapa di Gua Hiraa.

Ayat-Ayat awalan yang turun dari Al-Qur”aan ialah :

1.      Surat Al - ‘Alaq, Ayat 1 sampai dengan Ayat 5.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(1)خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4)عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).




2.      Surat “ALQALAM”: Ayat 1- 7:
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ(1)مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ(2)وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ(3)وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ(4)فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ(5)بِأَيِّيكُمُ الْمَفْتُونُ(6)إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(7)

Artinya : Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis (1). Berkat ni'mat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila (2). Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya (3). Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (4). Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat (5). Siapa di antara kamu yang gila (6).  Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (7).

3. Surat ALMUZZAMMIL

ياأيها المزمل(1)قم الليل إلا قليلا(2)نصفه أو انقص منه قليلا(3)أو زد عليه ورتل القرءان ترتيلا(4)إنا سنلقي عليك قولا ثقيلا(5)إن ناشئة الليل هي أشد وطئا وأقوم قيلا(6)إن لك في النهار سبحا طويلا(7)واذكر اسم ربك وتبتل إليه تبتيلا(8)رب المشرق والمغرب لا إله إلا هو فاتخذه وكيلا(9)

Artinya : Hai orang yang berselimut (Muhammad),(1) bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),(2) (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,(3) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.(4) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.(5) Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(6) Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)(7) Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.(8) (Dia-lah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.(9)

4. Surat ALMUDDATSTSIR
يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ(1)قُمْ فَأَنْذِرْ(2)وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ(3)وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ(4)وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ(5)وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ(6)وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ(7)
Artinya : Hai orang yang berkemul (berselimut),(1) bangunlah, lalu berilah peringatan!(2) dan Tuhanmu agungkanlah,(3) dan pakaianmu bersihkanlah,(4) dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah,(5) dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.(6) Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.(7).

5.      Surat ALFATIHAH
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ(1)الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(2)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ(3)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ(4)إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ(5)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ(6)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ(7)
Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(1) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,(2) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,(3) Yang menguasai hari pembalasan.(4) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (5) Tunjukilah kami jalan yang lurus,(6) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(7).

Artinya : Selain Surat–Surat tersebut, Surat yang turun di Makkah, atau disebut Surat-Surat Makkiyyah berjumlah 91 Surat, dan Surat-Surat yang turun di Madinah,atau disebut Surat-Surat Madaniyyah berjumlah 23 Surat, dan jumlah seluruhnya ALQUR”AAN itu 114 Surat. Dan jika dijumlah dari banyaknya atau besarnya ALQUR”AAN secara keseluruhan,secara prosentasenya, Surat-Surat Makkiyyah berjumlah 19 pertiga puluh prosen, dasn Surat-Surat Madaniyyah berjumlah 11 petigapuluh prosen.


Dan Surat-Surat Madaniyyah tersebut adalah :

1.AL-BAQARAH 2. ALI IMRAAN 3. ANNISA’ 4. AL-MAAIDAH 5. AL-ANFAAL  6. ATTAUBAH 7.AL-HAJJ, 8. ANNUUR  9. AL-AHZAAB 10. AL-QITAAL(MUHAMMAD) 11. AL-FATH 12. AL-HUJURAAT 13. AL-HADID 14. AL-MUJAADILAH 15. AL-HASYR 16. AL-MUMTAHANAH 17. AL-SHOFF 18. AL-JUMU’AH 19. AL-MUNAAFIQUUN 20. AL-THAGHOBUN 21. AL-THOLAAQ 22. AL-TAHRIIM 23. ANNASHR / IDZAA JAA’A NASHRULLAH.
Dan selain Surat tersebut adalah Surat Makkiyyah, di antaranya:
Surat-Surat yang pendek-pendek: Al-‘Alaq, Al-Qolam, AL-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Faatihah, dan lain sebagainya.
Dan Surat-Surat yang panjang-panjang, di antaranya: Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,  Huud,  Yusuf,  Ibraahim,  AL-Hijr, An-Nahl,  Al-Israa”, Al-Kahfi,  Maryam,  Thoha,  Al-Anbiyaa”,  Al-Mu”minun,  Al-Furqon, Al-Syu’araa”,  Al-Naml,  Al-Qoshosh,  Al-‘Ankabut, Al-Ruum,  Luqmaan, Al-Sajdah,  Sabaa”,  Faathir,  Yaasin,  Al-Shoffaat,  Shod,  Al-Zumar,dll.

Dan jika difahami, dari awal diturunkan ALQUR”AAN, sampai dengan akhir adalah; ALQUR”AAN awal diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,pada malam tanggal 17 Ramadhan, tahun 41 Miladiah (tahun kelahiran Nabi Muhammad saw) atau dapat disebut pada waktu umur Nabi Muhammads saw, 41 tahun, di waktu Nabi berhalwat di Gua Hiraa, mendapat Wahyu Surat “AL-‘ALAQ”, atau Surat “IQRAA’”. Dan akhir diturunkan ALQUR”AAN pada tanggal 9 Dzul-Hijjah, hari HAJJI AKBAR, tahun kesepuluh Hijriah, pada umur Nabi saw, 63 tahun. Dan akhir Ayat yang turun diwahyukan kepada Nabi saw, adalah:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا


Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
(Q.S.AL-MAAIDAH : 3).

Adapun Surat dari ALQUR”AAN yang diturunkan terakhir adalah Surat ANNASHR. Ibnu Umar berkata: ” Surat ini turun di Mina pada waktu Hujjatil-Wada’, dan sesudah itu turun Ayat pada akhir Ayat ke-3 dalam Surat ALMAAIDAH:’ALYAUMA AKMALTU LAKUM DIINAKUM” (AL-AAYAH). Dan sesudah turun dua peristiwa itu Nabi Muhammad saw, wafat sesudah 80 hari sesudah peristiwa tersaebut. (SHOFWATUTTAFAASIR, MUHAMMAD ALI ALSHOBUNIY, JLD : III, hl : 616) (TAFSIR ALQURTHUBI, JLD:20, hl: 233).
Dan jika dihitung masa turunnya ALQUR”AAN dari awal sampai akhirnya adalah 22 tahun, dua bulan dan 22 hari. Adapun awal diturunkannya ALQUR”AAN, adalah pada LAILATUL QODAR (Malam Kemuliaan). Sebagaimanma diterangkan pada Surat ALQODAR :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.(1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?(2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.(4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.(5).

Dan malam “Lailatul-Qodar” itu juga disebut malam “ Lailah Mubaarokah”, sebagaimana diterangkan pada Ayat :

وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ(2)إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ(3)فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ(4)أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ(5)
Artinya : Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan(2). Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.(3) Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (4).  (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul(5). (Q.S.ADDUKHON).

Dalam tafsir diterangkan, bahwa yang disebut malam ”Lailah Mubaarokah” ialah malam awal diturunkannya ALQUR”AAN dari langit ketujuh ke langit dunia, dan malam itu ialah malam “Lailatul-Qodar” sebagaimana diterangkan pada Surat “ALQODAR”. Dan malam “Lailatul-Qodar” atau yang disebut malam “Lailah Mubaarokah” itu adalah suatu malam dari bulan  Ramadhon. (QUR”AAN KARIIM TAFSIR WABAYAAN, DR.Muhammad Hasan Al-Humashshiy, hl:496).

Dan dalam Surat Al-Baqarah, Ayat 185 menjelaskan sebagai berikut :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Q.S.ALBAQARAH:185).

Pada bulan Ramadhan itulah Muhammad saw, berkhalwat I’tikaf di Gua Hira”, dan beliau berpuasa (shaum). Dan menurut riwayat Ibnu Ishaaq dari Wahab bin Kaisaan dari ‘Ubaid bin ‘Umair bin Qotaadah Allaitsiy, ia berkata:” Adalah Rasulullah saw, selalu I’tikaf di Gua Hiraa tiap tahun satu bulan. Demikian juga kebiasaan  kaum Quraisy sebelum Islam. Dan bulan Rasulullah saw, berkhalwat atau tahannuts (I’tikaf\ betapa) sebelum menerima Wahyu itu pada bulan Ramadhan.
Adapun tanggal malam awal turun ALQUR”AAN itu, menurut Ibnu Ishaaq adalah pada malam 17 bulan Ramadhan,( malam)Jumu’ah . Dan Al-Qur”aan membeikan isyarat atas hal yang demikian itu, sebagaimana diterangkan pada Ayat :
إِنْ كُنْتُمْ ءَامَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(41) الانفال).
, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu(Q.S.AL-ANFAAL;A;41).

Yang dimaksud hari bertemunya dua pasokan, yaitu hari betemunya pasokan Muslimin dengan pasokan musyrikin di medan Badr, yaitu pada hari Jumu’ah tanggal l7 Ramadhan, pasda tahun kedua Hijriah.
Dan yang disebut Hari-Furqon, yaitu hari yang awal diturunkan di dalamnya AL-Qur”aan., dan kedua-duanya menyatu pada keadaan harinya, yaitu sama-sama tanggal l7 hari Jumu’ah, dan sama-sama pada bulan Ramadhan. Hal tersebut diriwayatkan oleh ALTHOBARIY dalam Tasfsirnya, dengan sanad dari ALHASAN bin ALI, dengan katanya:” Malam “ALFURQON”(malam diturunkannya Al-Qur”aan) yaitu pada hari pertemuan dua pasokan (pasokan Muslimin dengan pasokan musyrikin) tepat pada tanggal l7 dari bulan Ramadhan. Demikian juga telah menceritakan Al-Qostholaniy dalam  Syarahnya atas (Hadits) Al-Bukhariy. Inilah yang menjadi pegangan Ibnu Ishaaq. Dan Ibnu Ishaaq juga menyatakan, bahwa riwayat tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Syaibah dan Al-Thobraniy dari Hadits Zaid  bin Arqom. Saya cenderung kepada riwayat ini, karena menurut pendapatku mereka terpercaya (tsiqoh).
Dan hari tersebut adalah merupakan hari- yang Allah memberikan kemuliaan kepada Nabi-Nya Muhammad saw, dalam membawa Risalahnya. Dan  isyarah Al-Qur”aan dalam Ayat 41 Surat Al-Anfaal tersebut adalah jelas sekali. Demikianlah riwayat awal turunnya Al-Qur”aan.

Adapun hari khatam- akhir turunnya Al-Qur”aan, Al-Thobariy telahmenerangkan, dalam menagfsirkan Firman Allah Ayat :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا,(المائدة:3)
. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S.ALMAAIDAH;3).

Para Sahabat mengatakan:” turun Ayat tersebut pada hari Arafah, yaitu pada tahun Nabi saw, berhajji, yang kemudian disebut “HUJJATUL WADAA’ “. Dan para Sahabat juga menerangkan, bahwa sesudah itu tidak ada lagi Ayat yang turun, yang mengandung perintah- Syariat, yang bersifat memfardhukan, menghalalkan atau mengharamkan. Dan sesungguhnya Nabi saw, sesudah turunnya Ayat tersebut, hanya mengalami hidup selama 81 (delapanpuluh satu hari). Demikian riwayat dari Ibnu Abbas, Al-Suddiy dan Ibnu Juraih.
Dan menurut riwayat Al-Naisaburiy dalam Tafsirnya, riwayat dari Ibnu Abbas juga, bahwa Ibnu Abbas ketika membaca Ayat tersebut terdapat orang Yahudi yang bersamanya berkata:” Andaikan Ayat tersebut turun pada kita kaum Yahudi, pada hari turun Ayat itu kita jadikan HARI-RAYA. Ibnu Abbas menjawab:” Sesungguhnya Ayat tersebut turun tepat pada dua Hari-Raya, yang betepatan kedua-duanya pada satu hari; yaitu pada Hari Jumu’ah tepat juga  pada Hari Arafah.

MASA DITURUNKANNYA ALQUR”AAN TERBAGI KEPADA DUA MASA YANG BERBEDA


Pertama :
Masa di waktu Nabi saw, berda di Makkah, yaitu selama  duabelas tahun lima bulan tigabelas hari; dari 17 Ramadhan tahun 41 Miladiah, sampai dengan awal Rabiul-Awwal tahun 54 tahun Miladiah. Dan semua Ayat-Ayat Al-Qur”aan yang turun dalam waktu itu disebut Surat-Ayat ALMAKKIY\ Surat\Ayat Makkiyyah.


Kedua :
 Masa sesudah Nabi saw, Hijrah ke Madinah; yaitu selama sembilan tahun sembilan bulan sembilan hari; dari awal Rabiul-Awwal tahun 54, sampai dengan tanggal 9 Dzul-Hijjah tahun 63 Miladiah, atau pada tahun kesepuluh Hijriah. Dan semua Ayat dan Surat yang turun pada waktu itu disebut Surat\ Ayat Al-Madaniy, atau Madaniah.
Adapun jumlah prosentasenya; Surat\Ayat Makkiyyah berjumlah 19\30, dan Surat\ Ayat Madaniyyah berjumlah  11\30.
Dan Surat-Surat dalam Al-Qur”aan, berjumlah 114 Surat; dalam Mushhaf,diawali dengan Surat “ ALFAATIHAH”, dan diakhiri dengan Surat “ ANNAAS”.

Beberapa nama Surat- Surat Al-Qur”aan:

a.       Di antara nama- nama Surat dalam Al-Qur”aan ada yang dengan nama-nama khusus, yang disebut pada  awal-Ayat; misalnya :
1.      Surat, Al-Anfaal; " يسئلونك عن الانفال,;
2.      Surat, Al-Israa “ ;سبحان الذى أسرى بعبده ليلا,,”
3.      Surat, Thohaa ; طه , ماأنزلنا عليك القراءن لتسقى “,
4.      Surat, Al-Mu”minun : قد أفلح المؤمنون;
5.      Surat, Al-Furqon :  تبارك الذى نزل الفرقان على عبده,;
6.       Surat Al-Ruum ; الم, غلبت الروم فى أدنى الأرض,;
7.       Surat Faathir : الحمد لله فاطر السماوات والأرض ;
Dan lain sebaganya.

Dan dalam Al-Qur”aan terdapat kurang-lebih 35 (tiga puluh lima) Surat dinamakan dengan nama sesuatu, yang tidak disebut pada awal Ayat, misalnya :

1.      Surat Al-Baqarah ; disebut sesudah Ayat  66( enam puluh enam):
"وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ(67)
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil (Q.S.ALBAQARAH;A; 67).

2.      Surat, ALI IMRAAN : tersebut sesudah Ayat ; 34 (tiga puluh empat);
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ(35)ال عمران)
(Ingatlah), ketika isteri `Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".(Q.S.ALI IMRAAN:A; 35).

3.      Surat ANNISAA”, ; disebut dengan kalinmat “Annisaa” , dengan beberapa kali, yang terawal di tengah-tenah Ayat pertama :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا(1)النساء)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(Q.S.ANNISAA” ,A; 1).

          Dan lafadh\ kalimah “ANNISAA”, dalam Surat An-Nisaa’ disebut 7 (tujuh) kali; pada Ayat : 1, 3, 4, 7, 11, 15, dan Ayat 19.
Dan dalam Al-Qur”aan, lafadh\ kalimat “ NISAA” \ ANNISAA”, tersebut 57 (lima puluh tujuh kali, dasn tersebar dalam 15 (lima belas Surat).

4.      Surat “ALMAAIDAH”, disebut lafadh\ kalimah “ MAAIDAH” Baru pada Ayat 112 dan 114; sebagai beikut:
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(112)المائدة)
(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut `Isa berkata: "Hai `Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan( Maaaidah-minassamaa’ ): hidangan dari langit kepada kami?" `Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman".(Q.S.ALMAAIDAH;A;112).
 قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيرُ الرَّازِقِينَ(114)
Isa putera Maryam berdo`a: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu(Maaidah-minassamaa’) hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezki Yang Paling Utama".(Q.S.ALMAAIDAH;A;114).
Dan lain sebagainya.

Beberapa Hal Yang Terjadi Dalam Turunnya Ayat.

         Al-Qur”aan diturunkan kepada Nabi saw, mengalami beberapa kejadian; ada yang diturunkan dengan lima Ayat, ada yang dengan sepuluh Ayat, dan ada yang kurang dari lima Ayat dan ada yang kurang dari sepuluh Ayat. Misalnya:
1.      Yang diturunkan dengan lima Ayat dalam Al-Qur”aan; di antaranya : Surat Al-‘Alaq, yang pertama turun lima Ayat:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(1)خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4)عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)العلق)ز
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,(3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.(4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(5)(Q.S.AL’ALAQ).
2.      Yang turun dengan sepuluh Ayat, di antaranya : Surat Al-Mu”minun, yang pada awalnya:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ(1)الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ(3)وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ(4)وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ(5)إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(6)فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(7)وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ(8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ(9)أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ(10)المؤمنون).
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(1) (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya,(2) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,(3) dan orang-orang yang menunaikan zakat,(4) dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,(5) kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.(6) Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.(7) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,(8) dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.(9) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,(10) Q.S. ALMU”MINUM.

3.      Dan ada yang hanya tiga Ayat saja dalam satu Surat; nmisalnya :Surat :
“ANNASHR”(IDZAA JAA”A NASSHRULLAH), Surat :” ALKAUTSAR”, Surat “ AL’ASHR” (WAL’ASHRI).

Proses diterimanya Al-Qur”aan oleh Nabi saw,

a. Dan yang perlu difahami Nabi saw, adalah “UMMIY”; tidak mampu membaca dan tidak mampu menulis. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur”aan, pada Surat “AL’ANKABUT :48):
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ(48)لعنكبوت)
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu).(al’ankabut;a;48).

b. Dan Nabi saw, menerima dari Malaikat (Jibril), dengan cara menghafal,dan mengikuti dari bacaan Jibril.Hal ini diterangkan dalam Surat “ALQIYAMAH”;
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ(16)إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ(17)فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ(18)ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ(19)القيامة)
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.(16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(18) Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.(19)

c.Nabi saw, membaca dengan hafalan, mengikuti bacaan Jibril, sesudah Jibril membacanya;baru Nabi sw, mengikuti bacaannya:
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْءَانِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا(114)طه)
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."(THOHAA:114).

d. Nabi saw, dipelihara oleh Allah dari hal hafalannya akan Al-Qur”aan:

سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى(6)إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى(7)وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى(8) الاعلى)
Kami akan membacakan (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa,(6) kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.(7) Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah,(8) (al-A’LAA).

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ(9)الحجر)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(q.s.alhijr:a;9).

e. Apabila Nabi saw, telah hafal akan Ayat-Ayat yang diterimanya, dan faham akan maknanya, disampaikan Ayat-Ayat itu kepada para Sahabatnya dan meminta untuk ditulisnya oleh Sang penulis Al-Qur”aan,di hadapan Nabi saw, ditulis pada pelapah kurma, pada batu-batu dan juga pada kayu. Nabi saw, punya penulis beberapa Sahabat, di antaranya yang terkenal  ada  26 (duapuluh enam Sahabat), dan ada yang menerangkan salah seorang ahli tarekh Nabi dari Iraq; menyebutnya 42 (empatpuluh orang sahabat). Yang terutama yang selalu bersama Nabi saw, adalah yang kemudian menjadi khalifah-khalifah Nabi saw; Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib rah. Dan Aamir bin Fuhoirah, sebagai penulis Surat-Surat yang dikirim Nabi saw, kepada raja- raja,dan yang lain. Dan dari penulis Al-Qur”aan itu terdapat Ubayya bin Ka’ab, dia selain penulis Al-Qur”aan, juga sebagai salah seorang Fuqahaa yang telah menulis pada zaman Nabi sa, dan Tsabit bin Syamas, Zaid bin Tsabit, Mu’aaswiyah bin Abi Sufyan dan Yazid saudara Mu’aawiyah. Dan yang selalu menulis wahyu tersebut adalah Mu’aawiyah dan Yazid bin Tsabit, dan juga sebagai sekretaris tetap  Nabi saw, yang menulis wahyu dan lain-lainnya. Kedua sahabat tersebut tidak dikerjakan lain, slain sebagai sekretaris Nabi saw. Dan penulis-penulis wahyu yang lainnya, mereka itu ialah : Al-Mughirah bin Syu’bah, Zubair bin Al-Awwam, Khalid bin Al-Walid, Al-‘ALLAA’ BIN Al-Hadhramiy, ‘Amr bin Al-‘Aash, Abdullah bin Al-Hadhramiy, Muhammad bin Musallamah, dan Abdullah bin Ubayy ibni Salul.
Dan tulisan-tulisan Wahyu tersebut disimpan di rumah Nabi saw, dan tulisan-tulisan itu selalu dilapurkan kepada Nabi saw, ditunjukkan hal Ayatnya dan letak Surat- Suratnya. Mereka umumnya menghafalkan dan memahami Ayat-Ayat yang ditulisnya. Semua tulisan dan lembaran-lembaran yang mereka tulis semuanya disimpan di rumah Nabi saw. Dan para Ulamaa telah Ijmak, tidak ada khilaf antara mereka, bahwa hal Ayat dan Surat- Surat dalam Al-Qur”aan itu atas sepengetahuan dan menurut penetapan Nabi saw.
Dan telah berlaku Al-Qur”aan itu  pada suatu waktu belum terhimpun dalam “ SATU MUSH-HAF”. Namun telah dihafal oleh banyak Sahabat dari para QURRAA’, di zaman Nabi saw, di antaranya dari mereka : Abdullah ibnu Ms’ud, dia termasuk dari ASSABIQUNAL AWWALUN, dia selalu  mendampingi Nabi saw, selama hidup Nabi saw, Salim bin Ma’qal maulaa Abi Hudzaifah, dia setaraf Ibnu Mas’ud dalam berkhidmat kepada ISLAM, Mu’ad bin Jabal, Ubayya bin Ka’ab, Ibnu Tsaabit, Abu Zaid, dan mereka berempat dari sahabat Anshaar, dan Abuddardaa’, dan lain- lainnya. Dan para sahabat selain mereka itu juga banyak yang hafal Al-Qur’aan, dan ada yang hafal sebagian sebagian saja.




Perisiwa Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur”aan

Ayat-Ayat Tsyri’iyah, yaitu Ayat-Ayat Hukum, turun kepada Rsulillah saw, umumnya untuk menjawab pertanyaan, dan menjawab peristiwa yang terjadi dalam masyarakat Muslimin. Dan dikenal dengan  peristiwa tersebut, dinamakan “ASBAABBUN NUZUL “. Dan telah mengambil pengertian tersebut umumnya para Ulamaa Ahli Tafsir, dan  mereka susun menjadi suatu kitab khusus, yang kemudian dijadikan sebagai salah-satu  Asas untuk menafsirkan Ayat-Ayat ALQUR”AAN, dan untuk memahami pengertian maknanya.

Kadang-kadang turun Ayat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sebagian masyarakat mukmin. Dan hanya sedikit Ayat yang  berupa hukum yang turun secara langsung tanpa pertanyaan. Untuk maksud tersebut, marilah kita ikuti misal-misalnya:

1.      Suatu peristiwa, Rasul saw, mengirim suatu utusan ke Makkah dengan Martsad Al-Ghanawiy, untuk menarik Muslimin yang dhaif di Makkah agar keluar dari Makkah. Maka setelah Martsat sampai di Makkah bertemu dengan seorang wanita  musyrik yang cantik dan kaya, yang menyerahkan dirinya kepadanya, Martsad menolaknya karena takut kepada Allah. Kemudian Martsad bermusyawarah bersama anggota missi yang diutus Rasul saw, tersebut, untuk diambil sebagai isterinya. Maka ada yang berkata:” hendaknya ditangguhkan saja, masalah ini, sampai mendapat jawaban dari Rsul saw.  Kemudian, setelah mereka kembali ke Madinah, masalah tersebut diajukan kepada Rasul saw, untuk mendapat jawaban dan izin menikahi wanita tersebut. Maka turunlah Ayat 221, Surat Al-Baqarah:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ(221)البقرة)
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.(ALBAQARAH:221).

2.      Tersebut dalam Al-Qur”aan, banyak Ayat-Ayat Hukum yang turun akibat adanya pertanyaan dari masyarakat Muslimin, dan ada yang untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat lain.
Misalnya, masalah  “khamr dan judi”:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ(219)البقرة)
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,(ALBAQARAH;A;219).


Dan misalnya masalah “ Infaq\ pembelanjaan hata benda”;
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ(215)البقرة)
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.(albaqarah;a;215).

Dan menjawab pertanyaan tentang “Bulan-Haram”;
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(217)البقرة)
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya(albaqarah:217).

Untuk menjawab pertanyaan dalam hubungannya dengan wanita yang sedang haidh;
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ(222)البقرة)
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.(ALBAQARAH:222).
   
     Danuntuk menjawab pertanyaan, dalam hubungannya dengan anak yatim:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(220)البقرة)
Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(ALBAQARAH:220).
Dan dalam Surat Annisaa” , terdapat beberapa Ayat, yang isinya untuk menjawab permintaan fatwa:
Misalnya, untuk minta fatwa tentang  Wanita  dan padanya bersama anak-anak yatim ,dalam hubungannya dengan suatu pernikahan, dan terhadap anak-anaknya:
وَيَسْتَفْتُونَكَ فِي النِّسَاءِ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِيهِنَّ وَمَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ فِي يَتَامَى النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا تُؤْتُونَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُونَ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْوِلْدَانِ وَأَنْ تَقُومُوا لِلْيَتَامَى بِالْقِسْطِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِهِ عَلِيمًا(127)النساء)
Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Qur'an (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan  apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhn Allah adalah Maha Mengetahuinya".(ANNISAA” ;A;127).

Dan Ayat yang turunnya untuk menjawab masalah” Kalalah”, yakni, seorang mati yang tidak meninggalkan Ayah dan Anak:(Q.S.ANNISAA”; A;  176)
يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ وَهُوَ يَرِثُهَا إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلَدٌ فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ وَإِنْ كَانُوا إِخْوَةً رِجَالًا وَنِسَاءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(176)النساء
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(ANNISAA” :176)

Demikianlah corak Ayat-Ayat Hukum yang kebanyakan terdapat dalam Al-Qur”aan. Adapun Ayat-Ayat Hukum yang turun tanpa untuk menjawab pertanyaan, atau tanpa hubungan dengan sesuatu peristiwa adalah sedikit sekali.Dan  kelaziman para Ulamaa Ahli- Tafsir, dalam menerangkan suatu Ayat –Hukum yang memang tidak ada hubungannya dengan sesuatu peristiwa yang pernah terrjadi, mereka tidak menerangkan, kecuali makna dan fungsi daripada hukum itu saja.

Perbedaan Ayat-Ayat Yang Turun di Makkah dan yang Turun di Madinah

Telah diterangkan di muka, bahwa turunnya Ayat-Ayat Al-Qur”aan, mengalami dua periode; yakni, turun sebelum Nabi saw, hijrah, dan turun sesudah Nabi saw, hijrah. Dan tiap-tiap Ayat yang turun dalam kedua periode masing-masing memiliki tandanya sendiri-sendiri, baik yang turun di Makkah, maupun yang turun di Madinah. Perbedaan tersebut telah dikenal oleh para Ulamaa, kemungkinannya sebagai berikut:
1.      Sesungguhnya, Ayat-Ayat yang turun di Makkah, yang disebut Ayat-Ayat Makkiy\ Makkiyyah atas jumlah yang pendek, dalam tiap Suratnya berbeda dengan Ayat-Ayat yang turun di Madinah, yang disebut Ayat-Ayat Madaniy\ Madaniyyah, berjumlah panjang-panjang dalam tiap Suratnya.Adapun jumlah daripada Ayat-Ayat yang turun di Makkah, dari pada AL-Qur”aan kurang lebih sembilan belas pertigapuluh :(11\30), dan Ayat-Ayat yang turun di Madinah, dari pada Al-Qur”aan kurang-lebih  sebelas pertigapuluh (11\30), dengan umlah Ayatnya kurang lebih 1456 Ayat. Yang kurang lebih seperempat dari Jumlah AL-qur”aan.
           Suatu misal  akan hal tersebut, “JUZ ; QOD SAMI’A”, seluruh Ayatnya adalah Madaniy, jumlah Ayatnya adalah 137 (Ayatnya panjang-panjang), dan  “JUZ; TABARAK” seluruh Ayatnya adalah Makkiy, jumlah Ayatnya ,631. Dan perbandingan lainnya; Surat “AL-ANFAAL” Madaniy, jumlah Ayatnya; 75Ayat, dan Surat “ASY-SYU’ARAA” Makkiy, jumlah Ayatnya;227.  Perbedaan yang demikian itu adalah pada umumnya. Namun terdapat juga Ayat- Ayat yang bersifat Makkiy, yang panjang, dan kebanyakan yang terdapat dalam Surat yang panjang juga.

2.      Ayat-Ayat Madaniyyah, menurut para Jumhur, umumnya terdapat lafadh\ kalimat  Firman –Allah : يأيها الذين أمنوا"”, dan Ayat-Ayat Makkiyyah terdapat lafadh\ kalimah  Firman Allah “ " يايها الناس", dan tidak dikenal dalam Ayat-Ayat yang terdapat dalam Surat-Surat  Makkiyyah yang di dalamnya  kalimah\ lafadh “". يأيها الذين أمنوا"”. Dan berbeda dengan Ayat-ayat yang terdapat dalam Surat-Surat Madaniyyah; di dalamnya terdapat kalimah\ lafadh yang berbunyi “- “ يأيها الناس" “ sampai tujuh kali; sebagaimana terdapat:

(1)     Pada Ayat 21, Surat Al-Baqarah:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21)البقرة).
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.(ALBAQARAH: 21).

(2)     Pada Ayat 168, Surat Al-Baqarah:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(168)البقرة)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(ALBAQARAH; 168).
(3)     pada Ayat –1-, Surat ;ANNISAA” ;
(4)   يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا(1)النساء)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(annisaa’; 1).



(4)   pada Ayat 133, Surat “ANNISAA’;
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ قَدِيرًا(133)
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian.(annisaa’;133).

(5) pada Ayat 174, Surat ANNISAA’ ;
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا(174)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).(ANNISAA’ ;174).

(6) pada Ayat 170, Surat ANNISAA’ ;
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا(170)
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(annisaa’;170).

(7) pada Ayat 13, Surat ALHUJURAAT;
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ(13)الحجرات)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(alhujuraat;13).

3.      Ayat-Ayat ALMAKKIY, sifatnya, tidak mengandung didalamnya suatu dasar hukum yang bersifat tafshili (jelas terinci\muhkam) . Bahkan, Ayat-Ayat Makkiyyah tersebut, lebih mengagungkan apa yang menjadi maksud pokok dari pada ADDIN ; keyakinan tentang Agama, yaitu : TAUHIDULLAH SUBHAANAHU WATA’ALA; banyak menerangkan tentang keyakinan kepada “KEESAAN ALLAH”, dan untuk menegakkan dalil yang terang tentang  “ADANYA ALLAH YANG ESA”. Dan menerangkan hal dan sifat sifat yang akan terjadi pada Hari-Pembalasan, tentang Maha Kuasa-Nya Allah pada hari itu, menerangkan tentang keni’matan yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang saleh , bertaqwa dan berakhlak al-karimah, yang dengan diutusnya Rasulillah Muhammad saw, sebagai uswatun hasah yang menyempurnakannya. Adapun Ayat-Ayat Madaniyyah adalah Ayat-Ayat yang menjadi ASAS-TASYRI’, yang menjadi dasar pokok penciptaan hukum Syariat, karena Ayat-Ayat tersebut bersifat MUHKAM dan TAFSHILI.
 Demikian juga Ayat-Ayat tersebut, menerangkan tentang peristiwa yang pernah terjadi pada ummat-ummat terdahulu, agar dijadikan misal untuk diambil sebagai I’tibar (contoh\ peringatan), bagi mereka yang menyeleweng dari panggilan para Nabi asw.

Sebagai pokok Pengertian, AL-Qur”aan Mengatur dalam Tiga Urusan.

1.      Mengatur, segala yang berhubungan dengan masalah :Ke-Imanan kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada Kitab-Kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya dan kepada Hari kemudian. Dan masalah ini, terbahas dalam ILMU KALAM, atau disebut “USHULUDDIN”.
2.       Mengatur, segala yang berhubungan dengan perbuatan hati dan segala aktifitasnya; yang  tersimpul dalam maksud “MAKATRIMUL AKHLAQ”. Masalah ini menjadi pembahasan dalam “ILMUL AKHLAQ’.
3.       Mengatur, segala yang berhubungan dengan perbuatan- aktifitas anggota badan manusia; yang bersifat perintah yang wajib dilaksanaka, dan bersifat larangan, yang pasti wajib ditinggalkan, dan bersifat KHIYAAR\TAKHYIRAAT; anjuran, yang bebas pilih, dan dalam masalah yang ketiga inilah yang menjadi pokok masalah “SYARI’AH”.. yang pembahasannya termasuk dalam ILMU FIQH,dan menjadi tanggung jawab para FUQAHAA.

DASAR POKOK PENYUSUNAN HUKUM SYARI’AT DALAM ALQUR”AAN

Al-Qur”aan telah menyatakan, bahwa diturunkannya Al-Qur”aan itu untuk membina kemaslahatan hidup manusia; untuk maksud tersebut Syari’at berisi hukum perintah dan larangan, dan berisi anjuran\khiyar;bebas pilih:
Dan sebagai dasar Penyusunan Hukum Syariat ada tiga unsur:
1.      ‘ADAMUL HARAJ; tidak merepotkan,tidak mempersulit;
2.      TAKLILUTTAKAALIF; memperingan beban,tidak memberatkan;
3.      ATTAJRIJ FITTASYRI’; ditaklifkan secara berangsur-angsur.