Kamis, 23 Februari 2012

MELAKUKAN BIRRUL- WALIDAIN





MELAKUKAN BIRRUL- WALIDAIN DALAM KEADAAN ORANG TUA SUDAH WAFAT
Dan apabila Ibu dan atau Bapak sudah Wafat; maka untuk mewujudkan Birrul- Walidain, bisa dilakukan dengan :
1. Ziarah ke Kuburnya untuk menggembirakannya;
Rasulullah SAW. melakukannya ; dan diizinkan oleh Allah :

" زار النبي صلى الله عليه وسلم قبر أمه فبكى – وابكى من حوله فقال :" استأ ذ نت ربى فى ان استغفرلها فلم يؤذ ن لى واستأ ذنته فى ان أزور قبرها فأ ذ ن لى فزورا القبور فإ نها تذ كر الموت ".
(رواه مسلم وابو داود والنسائى )( التاج :1:345)

Nabi saw. Ziarah ke kubur ibunya, maka Nabi menangis, dan orang di sekelilingnya menangis juga. Nabi menerangkan ;’ Aku memohon izin kepada Allah- Tuhanku dalam hal memohonkan maghfiroh [ampunan] Untuk ibuku; maka Allah tidak mengizinkan kepadaku. Kemudian aku memohon izin untuk hanya mau ziarah saja ke kubur ibuku; maka Allah mengizinkan kepadaku; dan menyuruh:” Berziarah kuburlah kalian, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akan peristiwa mati”.[H.R.Muslim, ABU Dawud, dan Nasaaiy.[ATTAJ; I;345].
2. Bersedekah- Jariah [ Waqof] untuk Ibu dan Bapak; harus diutamakan; sebagai yang dilakukan ; para Sahabat Nabi saw. Bersedekah- Jariyah [Waqaf] untu Ibunya ; misalnya :Saad bin ‘Ubadah ;

عن ابن عبا س رضى الله عنهما قال :" توفيت أم سعد بن عباد ة وهو غائب عنها –فقال :" يا رسول الله ان أ مى تو فيت وانا غائب عنها أن ينفعها شيئ إن تصد قت به عنها؟ قال :" نعم " قال : فإ نى أشهد ك أن حاطئ المحراف صد قة عنها ".( رواه البخارى والترمذ ى والنسائى"
( التاج :1:346)

Dari Ibnu Abbas R.A.h. Dia berkata Ibunya Sa’ad bin Ubadah wafat, dan Sa’ad dalam bepergian[tidak hadir dalam peristiwa wafatnya ibunya]. Kemudian setelah hadir Sa’ad bertanya kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulallah, sesungguhnya Ibuku telah wafat, dan aku dalam bepergian [tidak tahu wafatnya ibu itu]. Adakah sesuatu yang bisa manfaat untuk ibu, jika aku bersedekah untuknya? Rasulullah saw. Menjawab :” betul boleh”. Dan aku menjadi Saksi atas sedakahmu ; Jika Kebun- Kurma itu engkau sedekahkan[Waqafkan] atas nama Ibumu.[ H.R.Bukhori, Turmudzi, dan Nasaaiy].[ATTAJ;I;346].

3. Kemudian Silaturohmi, dan atau Berbuat Baik kepada Sohibnya Ibu dan Bapak, harus dilakukan : Ibnu Umar, berbuat baik kepada Sohib Bapaknya” Umar bin Khoththob”; atas penyaksian Ibnu Dinar :

" أن رجلا من الاعراب لقيه بطريق مكة فسلم عليه ابن عمر وحمله على حمار كان يركبه وأعطاه عمامة كانت على رأسه- فقال ابن د نار :" أصلحك الله أنهم الاعراب وهم يرضون باليسير. فقال عبد الله : إن أبا هذا كان ودا لعمر ابن الخطاب وإنى سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إن أبر البر صلة الولد أهل ود أبيه ".

Ibnu Umar menceritakan Hadits tersebut; Bahwa ia bertemu di tengah Jalan- Makkah dengan seorang lelaki dari kalangan penduduk perkampungan Arab- Baduwi. Lalu Ibnu Umar mengucapkan Salam kepadanya, dan menaikkannya ke atas keledei yang dikendarainya serta memberikan kain sorban yang ada dikepalanya untuk lelaki itu. Ibnu Dinar berkata:” Semoga Allah memberikan kesejahteraan kepadamu”. Sesungguhnya orang- orang Arab Baduwi itu sudah merasa puas dengan hal yang sedrhana.” Ibnu Umar menjawab :” Sesungguhnya ayah dari lelaki ini adalah Sahabat- karib Umar Ibnu Khoththob. Dan sesungguhnya aku pernah mendengar Rsulullah saw. Bersabda :” Bahwa sesungguhnya termasuk perbuatan kebajikan yang paling baik ialah silaturrohmi yang dilakukan oleh seorang anak terhadap keluarga teman karib ayahnya”.[ H.R.Muslim, Abu Dawud,dan Turmudzi.

Maksud Hadits tersebut, menceritakan peristiwa yang pernah dilakukan oleh Ibnu Umar, sesudah Umar ibnul- Khoththob [Ayahnya] wafat. Dan berbuat baik terhadap keluarga Sahabat- karib Ayah, sama dengan berbuat baik kepada Ayah sendiri. Karena Sahabat- karib tersebut, dahulu adalah seseorang yang sayang dan berbuat baik kepada Ayahnya; dan orang tersebut adalah orang yang disayang oleh Ayahnya.

4. Melakukan Amal- amal Saleh, atau Meneruskan Amal- Amal- Saleh yang pernah dilakukan, atau yang sudah dilakukan oleh orang tuanya. Atau Memelihara Kelestarian Amal- Amal- Saleh Orang tuanya; yakni memelihara dan mengembangkan Amal- Jariyah, atau WAQAF ORANG TUANYA. Sebagaimana yang dilakukan oleh Siti Habshoh binti Umar bin Al-Khothtob R.A, dan oleh Abdullah bin Umar bin Al-Khoththob RA. Kedua- duanya menjadi Nadzir atas Waqaf orang tuanya.
Dan apabila orang- tuanya tidak memiliki tingalan Amal –Saleh; maka Sang anak sebagai Mewujudkan Birrul-Walidainya -hendaklah memberi Sedekah- Jariyah\ Waqaf untuk atas nama orang tuanya; sebagai yang dilaklukan oleh SA’AD BIN ‘UBADAH, ATAS PENYAKSIAN RASULILLAH SAW. Mewaqafkan Kebun Kurma tinggalan orang tuanya untuk atas nama Ibunya.
DAN JANGAN DITUNDA- TUNDA; Baik itu diambilkan dari Harta- Benda tinggalan orang tuanya, atau murni dari Harta- benda putera itu sendiri.
Apabila tidak dilakukan, bagi Anak yang berkemampuan memberi Waqaf untuk orang tuanya; maka bisa berakibat putus Nasabnya di akhirat; tidak bisa bertemu, atau berkumpul bersama orang tuanya.
Nabi saw. Bersabda :
" من بطاء به عمله لم يسرع به نسبه ".رواه مسلم وابوداود والترمذى .(التاج :1 :54

Barangsiapa yang akhir amalnya jelek[001], maka tidak ada manfaatnya [002] memiliki Nasab yang tinggi dan mulia[003].
[H.R. Muslim, Abu Dawud,dan Turmudzi].[ATTAJ; I;hl;54].

Keterangan:
[001] Barangsiapa yang akhir amalnya jelek; tidak beramal saleh, atau tidak meneruskan amal- saleh orang tuanya; berbuat maksiat sesudah Wafat orang tuanya;
[002] maka tidak ada manfaatnya ; tidak sambung nasabnya, tidak bisa berkumpul bersama- sama orang- orang tuanya yng saleh, di surga ;
[003] memiliki Nasab yang tinggi dan mulia ; seperti putera Nabiyulloh NUUH ASW. Tidak dimasukkan sebagai keluarga; dan permohonan Do’a Nabi Nuh kepada Allah untuk keselamatan anaknya ditolak oleh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar