Sabar,
Pemaaf, dan ikhlas menanggung pedih dan derita adalah setinggi-
tinggi akhlak Orang- orang yang taqwa
Allah
berfirman :
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(133)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(ALI IMRAAN: 133-
134).
Sabar
dan bertaqwa adalah akhlak yang harus diutamakan:
Allah
berfirman :
لَتُبْلَوُنَّ
فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٨٦)
Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan.( ALI IMRAAN : 186).
Allah
akan menguji hamba-Nya dengan beberapa ujian, dan barangsiapa SABAR DAN IKHLAS
dalam menerima ujian, Allah akan memberikan berkah rahmah kepadanya.
Allah
berfirman
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
[101] Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan
kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik
besar maupun kecil.
Tafsir
:
Dalam
Ayat tersebut, Allah menguji kepada hamba-Nya dengan beberapa ujian, atau
musibah: untuk menguji kekuatan jiwa dan keimanan seseorang:
1. Allah
menguji dengan dihadapkan kepada yang mendatangkan perasaan yang menakutklan,
baik dengan adanya lawan atau musuh, atau sesuatu yang lain, yang bersifat
menakutkan, atau yang merupakan musibah dalam kehidupan manusia ; ujian
tersebut bisa berupa keluasan, atau keterbatasan rizki, atau dihadapkan kepada
kekuatan sang penguasa, atau sesuatu yang lain, yang bisa mendatangkan
kecemasan, atau ketakutan. Bahkan musibah, atau ujian tersebut, sebenarnya
sesuatu yang harus terjadi dan berlaku pada alam ini, sesuai dengan
Sunnatullah, yang berlaku pada makhluk-Nya; Yang jika bagi seseorang yang telah
beriman, ia akan memahami dan mengerti, bahwa sesuatu musibah yang menimpa
dirinya, tidak melebihi apa yang berlaku pada Qodhaa’ dan Qodar. Dan
barangsiapa tidak mengerti, dan tidak memahami hal musibah tersebut, jelaslah,
bahwa ia belum mendalami tentang kebenaran petunjuk Agamanya; dan ia belum
memahanmi jalan yang harus ditempuh oleh orang-orang yang beriman.
2. Ujian, atau musibah yang
kedua, bisa datang sesudah seseorang itu lulus dari ujian yang pertama. Sesudah
lulus dari ujian yang bersifat menakut-nakuti, maka ia akan dihadapkan kepada
sesuatu yang bisa mendatangkan lapar, atau dahaga. Lapar dan dahaga, bisa
datang karena seseorang itu kekurangan rizki, menjadi fakir atau miskin, kemudiabn
tidak menemukan apa yang bisa mencukupi keperluan harian, untuk makan dan
minum. Atau, lapar dan dahaga itu bisa datang karena seseorang itu dalam
keadaan sakit, tidak boleh banyak makan dan atau minum; sedang perbekalan
semuanya ada dan cukup. Dan apabila ujian yang kedua ini lulus, maka
untuk ditingkatkan derajat sang hamba itu dengan ujian yang ketiga ; yaitu :
3. Ujian atau musibah yang ketiga
ialah “wanaqshim- minal- amwaal”, dikurangi dari hal harta-benda; bisa karena
terjadi kehilangan, kecurian, ditipu, dijambret dan lain sebagainya, dikurangi
dari hal yang biasa menjadi kebanggaan; bisa dari harta- benda, bisa dari hal
ilmu,datang sifat lupa, bingung, ragu dan lain sebagainya. Dan bisa dari
hal kedudukan, jabatan dan lain sebagainya, diturunkan pangkatnya,
diberhentikan dari pekerjaan, digantikan orang lain kedudukannya, pokoknya
dikurangi. Dan ini juga teradat dalam kehidupan. Namun bagi seseorang yang
belum memahami hakekat Iman, mereka menjadi cemas dalam kehidupan. Tetapi, bagi
mereka yang beriman, hal tersebut akan difahami sebagai ujian untuk memperkuat
imannya, sehingga peristiwa tersebut tidak menggoyahkan kehidupannya. Dan
apabila seseorang itu lulus dari ujian yang ketiga ini, ia akan menghadapi
ujian yang keempat:
4. Ujian yang keempat, akan lebih
berat dan lebih mengerikan, karena berhadapan dengan kejiwaan “ WA (NAQSHIM-MIN
) AL-ANFUSI”, dikurangi jiwanya; bisa dikurangi jiwanya, dari jiwa anaknya,
isterinya, atau suaminya, dengan datangnya kematian, dan atau bisa dikurangi jiwanya,
dengan dikurangi kewibawaannya, atau pengaruhnya,dan bisa dikurangi jiwanya,
dengan dijatuhkan nama baiknya, dengan fitnah, atau su’udhon, disangka buruk;
dan lain sebagainya. Dan apabila seseorang itu lulus dari ujian yang keempat,
maka ia akan dihadapkan kepada ujian yang kelima:
5. Ujian yang kelima, bisa dirasa
dan dianggap yang paling berat “ WA (NAQSHIM-MIN) ATSTSAMARAATI, dikurangi dari
apa yang hendak dipetik buahnya. Hal ini, bisa berupa materi, bisa berupa
buah jasa. Apa yang diharap buahnya untuk dipanen dengan baik dan
menggembirakan, menjadi sesuatu yang sangat mengecewakan. Menanam sesuatu, yang
diharap buahnya dengan baik, hanya menjadi sesuatu yang berbuah dengan sedikit.
Menolong orang lain, diharap bisa menjadi saudara atau kawan, bahkan menjadi
lawan. Semua macam apapun yang diharap buahnya dengan baik, akan menjadi
sebaliknya, atau berkurang dari yang diharapkannya.
Demikianlah,
tiap manusia itu akan dihadapkan kepada MUSHIBAH\ BALA”\ UJIAN; yang
masing-masing besar kecilnya ujian, akan seimbang dengan besar kercilnya maksud
dan cita- cita. Dan perlu diingat dan difahami. Tiada seseorang itu diuji,
kecuali hanya untuk dinaikkan derajat dan kelasnya.Hal tersebut diterangkan
pada akhir Ayat. Barangsiapa ya ng ketika ditimpa musibah, atau sedang
mengalami UJIAN, dan ia kembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan
memberi kekuatan lahir bathin, dan Allah akan memberi keberkahan dan rahmat-Nya
bagi yang lulus dalam ujiannya. Sebagai alamat lulusnya seseorang dalam ujian,
ialah apabila ia mengalami tertimpa musibah, atau sedang mwengalami ujian
ia kembali menyerah kepada Allah, sebagai intinya kalimat “INNA LILLAAHI, WAINNA
ILAIHI RAAJI’UUN”; sesungguhnya aku adalah milik Allah, dan sesungguhnya aku
haruslah kepada-Nya kembalikan segal;a urusan”.
Bagi
mereka yang lulus Allah menyatakaN ;
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(ALBAQARAH:157).
Namun
harus diingat juga, bahwa manusia boleh menyusun banyak maksud dan
cita-cita, membuat program dan mentargetkannya. Tetapi Hanya Allahlah yang akan
menentukan hasil baik dan jeleknya, sesuai dan senilai modal dan aktifitas baik
ata jelek amaliahnya.Dan harus diingat juga, bahwa Allah akan menghargai
aktifitas kerja yang baik dan bagus.
Allah
berfirman ;
أَمْ
لِلْإِنْسَانِ مَا تَمَنَّى(24)فَلِلَّهِ الْآخِرَةُ وَالْأُولَى(25)النجم
Atau
apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?(24)
(Tidak), maka hanya
bagi Allah( yang menwentukan hasilnya) kehidupan akhirat dan kehidupan
dunia.(25;ANNAJM).
Dan
Allah berfirman:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ
إِلَّا مَا سَعَى(39)وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ
يُرَى(40)ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ
الْأَوْفَى(41)وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى(42)
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى(43)وَأَنَّهُ
هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا(44)النجم
Dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya(39) Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).(40)
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,(41)
dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),(42) dan bahwasanya
Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,(43) dan bahwasanya Dialah
yang mematikan dan menghidupkan,(44; ANNAJM).
Dan
perlu diingat dan difahami, bahwa nasib manusia itu ada dua macam, ada yang
akibat dari apa yang manusia pernah perbuat: dan ada yang ia harus
merasakan dan menerima balak atau ujian dari Allah:
Allah
berrfirman:
أُولَئِكَ
لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ(202)البقرة
Mereka
itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.(ALBAQARAH:202).
Dan
Allah berfirman :
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا
كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ(51)التوبة
Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakkal."(ATTAUBAH: 51)
Dan
tidak boleh diabaikan, bahwa Allah berkuasa merobah juga akan apa yang telah
ditetapkan oleh Allah, untuk memberi fadhilah- karunia kepada hamba-Nya, atau
Allah menetapkannya, sebagai yang telah dipastikan-Nya, karena semuanya adalah
pada Kuasa Allah saja. Dan Allah tidak akan mengabaikan memberikan pengharghaan
karunia kepada mereka yang bagus aktifitas amaliahnya.
Allah
berfirman ;
يَمْحُوا
اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ(39)الرعد
Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki),
dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).(ARRA’D; 39).
Allah
sangat menghargai dan tidak mensia-siaskan untuk memberi fasdhilah keutamaan
dan karunia kepada mereka yang bagus aktifitass amaliahnya;
Allah
berfirmasn ;
وَلَا
يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ(120)
وَلَا يُنْفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً وَلَا يَقْطَعُونَ وَادِيًا
إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(121
dan
tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi
mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik(120;ATTAUBAH(
dan
mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar
dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh
pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.( ATTAUBAh “:121).
Rasulullah
saw, sangat memuji kebaikan orang orang yang Sabar dalam menghadapi
tantangan dan kepadihan penderitaan, dan pemaaf atas kesalahan orang lain,
serta menjauhkan diri dari perbuatan orang jahil.
Nabi
saw, bersabda ;
عن أبى
سعيد رضى الله عنه, أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :" ما أعطي أحد عطاء
خيرا وأوسع من الصبر ". رواه الخمسة.
Dari
Abu Sa’id r.a. “ Sesungguhnya Nabi saw, bersabda :” Tidak ada yang diberikan
kepada seseorang pemberian yang sesungguhnya yang lebih baik dan lebih luas
daripada “KESABARAN“. ( h. r. alkhomsah).
Dan
Rasulullah saw, bersabda :
وقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم :" المسلم إذا كان مخالطا الناس ويصبر على أذا
هم خير من المسلم الذى لا يخالط الناس ولا يصبر على أذا هم ". رواه الترمذى.
Dan
Rasulullah saw, bersabda:” Seorang Muslim yang berada bercampur dengan
masyarakat dan ia SABAR atas kepedihan yang diperbuat oleh mereka, itu lebih
bagus daripada seorang Muslim yang ia tidak bercampur dengan masyarakat dan
TIDAK SABAR atas kepedihan yang diperbuat oleh mereka “.(H. R.
ATTURMUDZIY).(ATTAJ; V; hl; 46).
Dan
Nabi saw, bersabda :
عن أبى
هريرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :" ما نقصت صدقة من مال
وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله". رواه مسلم
والترمذى.
Dari
ABU Hurairah r.a. dari NABI saw, Nabi saw, bersabda :” Tidak akan
berkuranglah harta- benda yang disedekahkan, dan tiada menambai Allah
kepada seseorang dengan karena ampunannya, kecuali engan kemuliaan, dan tiada
lemah-lembutnya seseorang karena Allah, kecuali Allah akan meningkatkan derajat
seseorang itu “.(H.R.MUSLIM DAN TURMUDZIY).(attaj; v; HL; 46).
Barangsiapa
menutup kesalahan saudaranya dari bencana yang mengancamnya, bagaikan ia
menyelamatkan kematian anak dari penguburannya:
Nabi
sa, bersabda :
عن عقبة
بن عامر رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :" من رأى عورة فسترها
كان كمن أحيا مؤدة". رواه أبو داود والنسائ
Dari
‘Uqbah bin ‘Aamir r.a, dari Nabi saw, Nabi saw, bersabda :” Barangsiapa melihat
kesalahan saudaranya, maka ia menutupinya adalah ia seakan- akan bagaikan orang
yang menghidupkan anak yang terkubur hidup-hidup”.( H.R. ABU DAWUD dan
ANNASAAIY).
Barangsiapa
mengetahui kesalahan orang lain, dan ia menasihatinya “agar tidak mengulangi
lagi, dan ia menutup kesalahan itu, tidak menyiarkannya, maka ia seakan-akan
bagaikan menyelamatkan anak yang terkubur, sebelum kematiannya. (ATTAJ; v; hl;
48).
Dan Nabi
saw, bersabda :
عن أبى
الدرداء رضى الله عنه " أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:" من رد عن
عرض أخيه رد الله عن وجهه النار يوم القيامة". رواه الترمذى وأحمد.
Dari
Abud-Dardaa’, r.a, “Sesungguhnya Rasulallah saw, bersabda :” Barangsiapa
menyelamatkan aib dari kehormatan saudaranya, Allah akan menyelamatkannya dari
jilatan api neraka dari wajahnya di hari kiamat”. (H.R. Turmudziy dan
Ahmad).(ATTAJ;v; HL; 49).
Dan
Nabi saw, bersabda :
عن أبى
هريرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :" المؤمن مرءاة المؤمن
والمؤمن أخو المؤمن يكف عليه ضيعته ويحوطه من ورائه". رواه أبو داود والترمذى.
Dari
Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw, Nabi saw, bersabda :” Orang mukmin itu
bagaikabn cermin terhadap saudaranya sesama mukmin, dan orang mukmin itu
benar-benar sesaudara dengan sesama mukmin, ia akan menutup atasnya akan
terlihatnya aibnya, dan ia akan memeliharanya rahasia itu dengan diam-
diam”.(H,R, ABU DAWUD dan TURMUDZIY)(ATTAJ;V;hl; 49).
Keagungan
Nilai “KESABARAN” Dalam Menghadapi “MUSIBAH”,
Dan
“ QONA’AH”- Sudi menerima apa yang yang terjadi pada dirinya”
" ماشاء الله كان وإن لم يشاء لم يكن"
Apa
saja yang telah dikehendaki oleh Allah pasti jadi, dan jika Allah tidak
menghendaki, tidaklah sesuatu itu terjadi “.
Allah
berfirman :
قُلْ
لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ(51)التوبة
Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakkal."(ATTAUBAH;51).
Dari
Al-Hasan AL-Bishriy:
" من لا صبر له لادين له, ومن لا ورع له
لا زلفى له"
Barangsiapa
tidak memiliki “KESABARAN”, berarti ia tidak memiliki jiwa Agama. Dan
barangsiapa tidak berakhlak- WIRA’I (beraakhlak-Agama), tidaklah ia dapat
berdekat dengan Allah”. (AL-ISTI’DAAD LIYAUMIL-MA’AAD : hl;20).
"أسعد
الناس من له قلب عالم وبدن صابر وقناعة بما فى اليد"
Sebahagia-
bahagia seseorang ialah orang yang memiliki hati yang awas, memiliki
kekuatan “ KESABARAN”, dan sudi menerima apa yang terjadi pada dirinya”. (ibid
; hl; 22).
Daripada
tanda-tanda akhlak orang yang beriman- beragama, ialah : Yakin,bahwa apa yang
terjadi pada dirinya tidaklah luput dari apa yang dikehendaki Allah untuknya,
atau akibat daripada amalnya yang pernah dilakukannya, dan itulah ujian yang
harus diterimanya dengan kesabaran, dan sudi menerima dengan ikhlas dan
rela.
عن على
رضى الله عنه " من لم يكن عنده سنة الله وسنة رسوله وسنة أوليا ئه , فليس فى
يده شئ . قيل له :" ما سنة الله؟ قال :" كتمان السر. وقيل ما سنة
الرسول؟ قال :" المدارة بين الناس. وقيل ما سنة أوليا ئه ؟ قال :"
إحتمال الأذى عن الناس".
Dari
Ali r.a, “ Barangsiapa yang tidak ada padanya Sunnatullah, Sunnah Rasul-Nya,
dan sunnah Auliyaa-Nya; maka berarti ia tidak memiliki sesuatu apapun.
Ditanyakan kepadanya:” Apakah Sunnah Allah itu? Dia menjawab :” Menyimpan suatu
rahasia”. Dan apa Sunnah Rasul itu? Dia menjawab :”ALMUDAARAH BAINANNAAS”,
berbuat lunak hati terrhadap sesama manusia”. Dan apa Sunnah Auliyaa’ Allah
itu? Dia menjawab :” IHTIMAALUL- “ADZAA ‘ANIN-NAAS”; mampu-tahan menanggung
derita yang diperbuat orang lain terhadap dirinya”.(AL-ISTI’DAAD LIYAUMIL-MA’AAD
:ibbnu hajar al-‘asqolaniy; hl; 23).